Rabu, 28 Oktober 2015

FF - F A L L (PART II)

0





..... "Malam harinya aku, Jongdae, dan Luhan berkirim pesan membahas tentang rencana yang akan kita lakukan besok, tapi belum selesai kami membahasnya ada yang mengetuk pintu depan rumahku. Tiba-tiba muncullah Kris dengan senyum manisnya padaku.



Dia pulang.



Kejutan."


FALL - PART 2




Cast : EXO member, Ji Eun, Jimin, Jungmo
Genre :  GS, School Life, Romance

Rated : Aman lah
Disclaimer : The story is mine. The cast belongs to 'themselves'. HAPPY READING ~


Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika acara hunting itu jadi sementara Kris ada di sini, pulang karena ingin memberiku kejutan di hari ulang tahunku. Mungkin aku akan bingung memilih karena aku juga sudah terlanjur janji pada mereka. Akhirnya aku berdiskusi dengan Jongdae, Luhan, Chanyeol, Jong In, dan Sehun tentang pembatalan acara, ternyata mereka juga setuju. Syukurlah.

Acaraku dan Kris berjalan lancar keesokan harinya saat dia mengajakku jalan-jalan. Kim Jong In pun tahu kalau aku bersama Kris karena aku menulis status sedang bersamanya. Anehnya, ketika seharian aku bersama Kris, tak kutemukan satupun pesan yang masuk atas nama Kim Jong In. Mungkin dia sibuk, atau entahlah aku tak terlalu memikirkannya karena hari ini ada hal lain yang harus kuprioritaskan. Kris. Aku cukup merasa bersalah padanya karena akhir-akhir ini waktuku seperti tak sepenuhnya miliknya. Aku juga merasa sedikit mengabaikannya karena adanya sosok baru yaitu Kim Jong In dengan sejuta pesona yang selalu muncul di setiap waktuku. Bukannya aku mengkhianati Kris, bukan. Aku yakin aku masih mencintai Kris sepenuh hati. Tapi ketika aku bersama Kim Jong In, aku merasakan perasaan aneh tetapi menyenangkan dan menenangkan. Aku tak tahu lagi bagaimana mendeskripsikannya lebih tentang apa yang kurasakan saat ini.

Acara kejutan ulang tahunku berakhir dengan Kris membawa kue ulang tahun yang besar ke rumahku. Setelah dia pulang, aku iseng mengecek beberapa pesan yang belum kubuka. Banyak ucapan ulang tahun dari keluarga dan teman-temanku yang belum sempat aku balas. Tapi ketika kujumpai kontak Kim Jong In, terlihat dia sedang memasang foto seorang gadis. Dan statusnya, ‘♥’. Seketika ada perasaan aneh yang menjalari dadaku. Sesak. Tanganku terasa sedikit bergetar lalu kuputuskan untuk mengirim pesan langsung padanya.

‘Jong In-ah?’

Beberapa saat kemudian dia membalas,

‘Iya, noona?’

‘Ini kekasihmu?’

‘Hehe iya noona.’ Jawabnya singkat.

Setelahnya aku tak membalas pesan itu. Apa yang harus kukatakan? Apa aku harus memberinya selamat? Ah entahlah.

Wahh Kim Jong In, terimakasih atas kado terindahnya. Sangat mengesankan!

~~

Aku ingat kata-kata menusuk yang pernah kubaca dari salah satu novel favoritku. ‘Dan kukatakan apa tadi tentang kata ‘terbiasa’? ‘Terbiasa’ adalah suatu hal memuakkan yang berjalan secara terus menerus. Tapi ketika hal tersebut tidak berjalan seperti biasanya, kita akan merasa kehilangan. Ya, kehilangan.’ Aku sudah terbiasa dengan adanya pesan yang selalu menyambutku saat pagi ku membuka mata, siang, dan malam saat menjelang tidur. Aku juga sudah sangat terbiasa oleh sapaannya, senyumnya, tawanya, dan semua hal yang berkaitan tentang Kim Jong In. Dan saat ini aku juga harus mulai terbiasa ketika sosok Kim Jong In perlahan menghilang. Tak ada lagi Kim Jong In yang dulu. Aku juga tak tahu bagaimana harus bersikap ketika aku memasuki kelasnya saat ini. Apakah aku harus biasa-biasa saja seperti sebelumnya? Atau aku harus menjauh? Atau...

“Kau terlihat menjauhinya, Kyungsso-ya.” Kata Luhan yang ternyata dia memperhatikanku sejak tadi.

“Benarkah?”  aku sendiri pun tak sadar apa yang kulakukan.

“Bersikaplah seperti biasanya. Anggaplah tak ada yang terjadi di antara kalian.”

Memang tak ada apapun yang terjadi di antara kami, Luhan-ah.

~~

Kim Jong In merupakan salah satu alasan yang menjadikanku ‘betah’ praktek mengajar di sekolah ini. Dia merupakan sejenis moodbooster karena berkat dia aku lupa akan semua keluh kesahku saat di awal bulan praktek, seperti padatnya jadwal dan jauhnya jarak yang kutempuh dari rumah ke sekolah setiap hari. Semua keluh kesah itu hampir tak kurasakan sejak aku dekat dengannya. Dia benar-benar bisa mengubah segalanya. Termasuk saat hari-hari mendekati ujian praktek mengajar di sekolah ini, semuanya juga berubah. Aku benar-benar sedang terpuruk. Kim Jong In yang selalu kuanggap sebagai moodbooster-ku selama ini, telah berpindah haluan menjadi moodbreaker. Setiap pagi, aku pasti menemukan statusnya mengucapkan selamat pagi ataupun ucapan selamat lainnya dengan akhiran emotikon hati ataupun bunga. Walaupun itu sekedar tulisan, tapi entah kenapa itu terasa sedikit menyakitkan untuk dibaca. Dan itu selalu membuat mood-ku buruk sejak pagi sampai pulang sekolah. Aku berusaha bertahan dan kadang aku berharap kegiatan praktek di sekolah ini segera selesai.

Setelah ujianku berakhir, tinggal menghitung minggu kami akan meninggalkan sekolah ini. Kami sibuk mempersiapkan apa saja yang akan kami berikan sebagai kenang-kenangan untuk sekolah dan murid-murid tentunya. Sementara aku dan Luhan juga sedang sibuk mempersiapkan hati. Apa yang akan terjadi saat kami berpisah nanti? Terutama berpisah dengan Kim Jong In maupun Oh Sehun. Luhan juga sering bercerita tentang Oh Sehun yang seolah-olah memberi harapan tapi palsu. Aku selalu sadar sikap Oh Sehun ke Luhan sangat berbeda dibandingkan sikapnya padaku. Seperti dia lebih ramah ke Luhan, lebih perhatian, dan aku sering mendapati pandangannya selalu tertuju pada Luhan. Tapi ketika aku bertanya langsung, Luhan selalu mengatakan apapun yang dilakukan Oh Sehun hanyalah sebatas itu. Tak pernah ada tanda-tanda kalau ada sesuatu di antara mereka. Sementara untuk temanku Ji Eun, dia sudah mempersiapkan hati jauh-jauh hari sebelum perpisahan. Tapi hasilnya dia selalu galau dan sering menyanyikan sepenggal lirik lagu ‘Cause there’ll be no sunlight, if i lose you...... There’ll be no clear skies, if i lose you....’ Aku berusaha menenangkannya padahal kegalauanku sendiri juga sama parahnya.

Dua minggu sebelum perpisahan, kami ditugaskan untuk menjaga dan mengawasi murid-murid dalam pelaksanaan ujian semester akhir. Jika saat ujian tengah semester aku dan Luhan sibuk mengatur jadwal pembagian jaga agar kami bisa menjaga kelas ‘mereka’, untuk saat ini tidak. Kami pasrah di tempatkan di kelas manapun. Akupun juga tak berniat mencari ruangan Kim Jong In. Tapi, takdir berkata lain. Saat aku tak mempunyai jadwal untuk menjaga kelas, ada salah satu temanku berhalangan hadir dan akhirnya aku ditugaskan untuk menggantikannya menjaga kelas itu. Aku tak menyangka setelah aku memasuki kelas langsung kutemukan sosok Kim Jong In yang akhir-akhir ini aku hindari. Dia duduk di bangku belakang sambil tersenyum manis menyambutku. Aku mencoba bersikap biasa saja selama ujian berlangsung tapi ternyata itu malah mebuatku merasa tertekan. Apalagi saat aku berjalan keliling di dalam kelas dan melewati bangkunya, kulihat dia menggunakan penghapus pemberianku waktu itu. Penghapus yang khusus kuberikan di kelas lain tapi karena masih sisa, kuberikan pada Jong In yang saat itu kebetulan lewat. Kuanggap itu penghapus spesial karena hanya dia yang kuberi di kelas ini. Tapi Jong In mungkin hanya menganggap itu penghapus sisa. Iya, sisa. Setelah ulangan selesai, satu persatu murid bersalaman denganku selaku pengawas ujian sebelum meninggalkan kelas.  Saat giliran Kim Jong In, dia yang paling akhir bersalaman denganku dan dia melakukannya dua kali. Rasa tertekanku hilang seketika saat dia tersenyum dan memanggilku ‘Seonsaengnim!’ dan meletakkan telapak tanganku di dahi dan kemudian di hidungnya. Dan sempat terbesit di fikiranku kalau aku tak akan cuci tangan selamanya. Haha, lebay!

~~

Seminggu sebelum perpisahan, ada sebuah insiden kecil yang mengharuskan Oh Sehun dan Kim Jong In membantu aku dan Luhan. Dan berkat bantuan dari mereka, kami memutuskan untuk memberi mereka imbalan dan akhirnya mereka minta ditraktir untuk makan siang sepulang sekolah. Keesokan harinya, aku dan Luhan sudah sangat bersemangat ke sekolah karena adanya janji yang kami buat kemarin. Saat itu, Chanyeol kebetulan juga membawa kamera yang katanya dia mau memfoto beberapa siswa karena ini adalah hari-hari di minggu terakhir. Akhirnya aku meminta bantuan Chanyeol untuk memfoto aku dan Luhan bersama-sama dengan semua siswa kelas 2. Saat sampai di kelas 2.2, aku merasa atmosfernya berbeda dari kelas-kelas yang kukunjungi sebelumnya. Mungkin karena ada Kim Jong In. Setelah kami melewati sesi foto bersama satu kelas dalam mode formal dan nonformal, aku dan Luhan mengambil foto dengan beberapa siswa yang mungkin di antara siswa sekelas kami paling dekat dengan mereka. Dan karena ini adalah kesempatan bagus untuk melakukan hal yang dinamakan modus, aku setengah berteriak, “Oh Sehun, kemarilah, kau foto berdua dengan Luhan Ssaem ya?”. Aku bisa membaca gerakan mulut Luhan yang mengatakan ‘Apa yang kau lakukan?’ sambil melotot tak jelas. Dan akhirnya dengan pose malu-malu, mereka berdua berpose Chanyeolpun memfoto mereka. Mungkin karena Oh Sehun terlalu malu saat itu, dia juga memintaku untuk berfoto berdua dengannya. Dan kulakukan dengan senang hati. Ternyata Luhan juga tak kehabisan akal, dia menyeret Kim Jong In ke depan kelas.

“Sekarang gantian kalian yang foto berdua ya?”

‘Astaga Luhan, kau balas dendam denganku?’ kataku tanpa suara.

Dan Luhan hanya menjawab dengan senyum menggodanya. Antara malu tapi mau, akhirnya aku berdiri di samping Jong In dan Chanyeol mengambil beberapa foto kami berdua. Aku juga tahu ekspresi apa di balik wajah Park Chanyeol di balik kamera saat ini.

“Kau harus berterimakasih padaku, Kyungsoo-ya.” Bisiknya di telingaku sambil berlalu meninggalkan kelas.

“Seonsaengnim!” tiba-tiba Jong In dan Sehun mendekat padaku dan Luhan.

“Nanti pulang sekolah jadi?” tanya Sehun penuh antusias.

“Jadi. Nanti kalian tunggu di depan kampus ya.” Jawab Luhan disertai dengan senyuman mautnya.

~~

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, aku dan Luhan bergegas menuju tempat yang sudah kami janjikan sebelumnya yaitu kedai fast food yang ada di depan kampus. Kami sengaja tidak berangkat bersama-sama dengan mereka dikarenakan untuk menghindari adanya kecurigaan dari pihak-pihak tertentu tentu saja. Setelah kami sampai tak lama kemudian merekapun sampai masih lengkap dengan seragam yang mereka pakai dan tertutup di balik jaket. Jong In dan Sehun sangat antusias memesan menu karena mereka terlihat sangat lapar. Dan acara makanpun kami selingi dengan melihat-lihat kembali hasil foto hasil jepretan Chanyeol yang kebetulan memoricard kameranya memang dia pinjamkan padaku. Aku dan Luhan tentu saja sangat sangat sangaaaaaaaat bahagia karena akhirnya kami memiliki quality time dengan mereka berdua. Kami bisa membicarakan apapun dengan leluasa, tertawa dan bercanda bersama. Andai momen-momen seperti ini tak kan pernah berakhir.

~~

Hari perpisahan jatuh pada akhir pekan. Selama perjalanan berangkat ke sekolah aku selalu berandai-andai dan membayangkan andaikan waktu berhenti sejenak. Tapi itu mustahil karena kulihat di gerbang sekolah sudah tampak persiapan – persiapan untuk acara perpisahan. Saat acara perpisahan dimulai, tak kutemui sosok Kim Jong In dan Oh Sehun di manapun. Padahal banyak murid yang mengikuti acara ini sampai akhir. Sampai acara selesaipun, mereka tak muncul. Apakah mungkin ini yang terbaik? Perpisahan dengan Kim Jong In dan Oh Sehun, tanpa kata, tanpa bertatap muka.

Apakah harus berakhir sampai di sini? Aku bahkan belum mengucapkan terima kasih. Apa harus seperti ini?

~~


TBC / END ???




0 komentar:

Posting Komentar