Hai…hai….
Masih ada yang inget cerita ini nggak?
Wajar sih kalo pada nggak inget, cerita 11 November ini kan pernah aku post 1 tahun yang lalu. Heheee *kurangkerjaan -_-
Sekarang aku nulis lanjutannya. Dan aku post tepat tanggal 11 November (hari ini) juga.
Sebenernya aku mau tag beberapa orang termasuk yang pernah komen di part sebelumnya, tapi karena krisis kepercayaan diri yang dateng tiba2, aku batalin deh, heheee. Malu, aku tau ini ff jelek, abal2, gag nge-feel sama sekali. Tapi walopun tau hasilnya begitu, kenapa tetep nulis? Hehe, itu karena hari ini tanggal keramat, *ups! :D
Heheee, nggak2, cuma pengen sekedar nulis aja sebenernya. Yaudah deh, sekian ya cuap2nya.....
Ok, Selamat Membaca……..
^^
Setahun, setelah dia tak bersamaku lagi, aku memulai lagi aktivitas sehari-hariku yang membosankan. Kuliah, menulis beberapa cerita, atau pergi ke suatu tempat. Tapi entah kenapa semua yang kulakukan terasa berbeda. Aku sendiri juga tak tau alasannya kenapa ada sesuatu yang kurang akhir-akhir ini. Dan lamat-lamat akhirnya kusadari, itu semua karena tak adanya dirinya di sisiku.
Benar. Semuanya terasa berbeda tanpamu.....
Kim Jonghyun.
~
Setiap fajar menyingsing, pagi menyapa, dan aku juga lupa kapan terakhir kali aku menyapa sinar matahari yang selalu menyusup masuk diam-diam melalui celah serambu kamarku. Aku selalu terbangun, mandi dengan cepat, dan berangkat ke kampus dengan roti di tangan. Selalu seperti itu hingga aku sampai di kampus, menerima semua mata kuliah, dan pulang dengan tugas-tugas yang menanti di rumah. Dan kalaupun aku punya sedikit waktu luang, aku akan mengisinya dengan menulis sesuatu seperti cerita fiksi pendek tentang peri-peri yang hidup di pepohonan belakang rumahku, atau kehidupan anak-anak kecil di pinggiran kota yang sering kujumpai sewaktu aku pergi berlibur ke rumah nenek. Aku memang sengaja menghindari menulis cerita yang bertemakan cinta, karena itu semua akan mengingatkanku akan seseorang.
Kehidupanku tanpanya, yang kurasa perlahan mulai membaik, ternyata mulai kembali lagi seperti semula ketika aku mendapati dirinya berdiri di depan pintu rumahku. Tubuhku mematung, darahku seakan berhenti mengalir, dan entah ini khayalanku atau bukan, aku merasa jantungku mulai berhenti berdetak.
Ya Tuhan. Apa aku akan mati?
Dan entah sejak kapan dia sudah duduk manis di depanku -di serambi rumah-, sambil diam menunduk. Aku juga bingung harus mulai berbicara dari mana. Memang aku harus bicara apa? Apa sebaiknya aku bertanya "Bagaimana kabarmu Jjong? Apa hubunganmu dengan yeoja itu baik2 saja?"
Oh kurasa itu pertanyaan yang hebat!
Kucuri-curi pandang ke arah namja kekar di depanku, yang tetap setia memandangi lantai keramik merah maroon, seolah itu adalah sesuatu yang paling menarik. Aku tak berani menatapnya. Dalam hatiku mengerang frustasi. Sampai kapan dia akan diam begini? Dan tiba-tiba, selintas ide melintas di fikiranku.
“Sebentar kuambilkan minum..”
“Hm”
Hanya gumaman yang kudengar dan akhirnya aku masuk ke dalam rumah, dan tak sampai 5 menit, 2 gelas cappuccino hangat sudah ada dalam genggamanku.
“Ini minumlah, selangi masih hangat”
Kulihat dia tersenyum sedikit, lalu meraih gelas yang kuarahkan di depannya. Dia menyesap cappuccino itu, perlahan sambil menutup mata. Ternyata kebiasaannya tak berubah.
Aku pun juga mulai menyesap isi dari gelas milikku dari tadi kugenggam, dan aku hampir tersedak ketika aku mendengar dia mulai mengeluarkan suara,
“Cappucino buatanmu tetap enak, Key.”
Aku pun tersenyum canggung mendengarnya. Berarti dia masih ingat.
“Bagaimana Jepang?”
Oh sial! Kenapa suaraku bisa serak saat mengeluarkan 2 patah kata itu?
“Di Jepang lagi musim gugur, Key.
"Ohhhh..."
Hanya gumaman kecil yang terdengar berasal dari mulutku yang entah sejak kapan sulit sekali mengeluarkan kata-kata seperti biasa. Aku tak tau harus bertanya apalagi, karena aku bersumpah, aku sedang mati kata!
"Hmmm Key, boleh aku ikut ke kampusmu besok?"
"Hah?" Maksudnya?
"Bolehkah? Aku hanya ingin melihat-lihat kampusmu. Hehee "
Aku hanya meringis, mengangguk kecil, "Boleh. Memangnya apa yang ingin kau lakukan di sana?"
"Entahlah, aku hanya ingin melihat tempat yang setiap hari kau datangi untuk mencari ilmu." Katanya sambil tersenyum manis seperti biasa.
"Lalu, besok kau akan mengikutiku dari belakang begitu? Kau kan belum tahu arah kampusku, Jjong."
"Akan kujemput kau besok."
~
Dan taraaaaa....
Di sinilah aku, duduk di jok belakang motor sport dengan namja berahang tegas dan berpunggung tegap di depanku yang bertugas mengendarai motornya 'dengan ugal-ugalan'.
"Please Jjong.... Hentikan kebiasaanmu mengebut seperti itu!" Aku berteriak secara tak sadar.
"Oh mian Key, heheee. Kebiasaan."
"Dari dulu kau juga suka mengebut kau tahu!"
"Iya iya Key... Akan kupelankan. Nah? See?"
"Hmmmm..."
Lama setelah perdebatan kecil itu, motorpun berjalan dengan kecepatan kira-kira hanya 50 km/jam. Yahh aku memang tak suka mengebut seperti itu. Lagian apa untungnya sih mengebut?
Motor tetap berjalan tenang, lama kupandangi punggung Jonghyun yang tetap bidang dan tegap seperti dulu. Kalau dulu, aku sangat suka memeluk punggung itu dari belakang saat Jonghyun mengendarai motornya. Apalagi dia sering menggodaku dengan melajukan motornya lebih kencang agar aku ketakutan dan memeluknya lebih erat. Huhh dasar! Tapi anehnya, Jonghyun lebih suka menggunakan sepeda antiknya untuk pergi ke sekolah. Waktu kutanya kenapa, dia cuma menjawab "Ini unik Key, aku tak ingin sama dengan yang lainnya yang pamer kesana kemari membawa motor sport. Aku hanya ingin berbeda."
Jonghyun selalu tersenyum setelah menjelaskan itu berkali-kali. Bukannya aku malu karena punya kekasih yang setiap hari berangkat naik sepeda, bukan! Aku hanya kasihan padanya sewaktu sampai di sekolah pagi hari, dengan nafas yang ngos-ngosan, dan mengeluh kalau dia lelah. Dan seperti biasanya, aku akan memaksa dia untuk naik motor denganku keesokan harinya. Mungkin kalau aku tak memaksanya, setiap hari dia akan naik sepeda. Itulah satu sisi sifat Jonghyun yang aku sukai, dia sederhana dan tidak suka pamer. Dan untung dia tak pernah protes padaku saat aku selalu merujuk dan memaksanya.
Tapi itu dulu. Kalau aku teringat fakta yang terjadi saat ini, sungguh miris. Aku hanya bisa memandangi punggung favoritku itu dari belakang, tanpa bisa menyentuh, ataupun memeluknya seperti dulu. Tangan kanan dan kiriku kuletakkan masing-masing di atas pahaku sendiri, dan berharap agar Jonghyun tak sengaja mengerem mendadak.
"Key, habis ini kita belok atau terus?" Pertanyaan Jjong mengagetanku.
"Terus saja, nanti di depan ada lampu merah, kita belok kiri."
Setelah itu motorpun melaju seperti apa yang ku instruksikan, dan berhenti tepat di parkiran samping kampus. Jonghyun pun sempat memandang sebentar gedung kampusku sebelum aku mengajaknya masuk.
"Kajja..."
Dan Jonghyun pun berjalan mengikutiku dari belakang.
"Ruangmu di lantai berapa Key?"
"Di lantai 3, hmmm kau akan menunggu di mana? Di depan kelasku?"
Jjong terdiam cukup lama, kemudian tak lama dia ingat sesuatu.
"Oh, aku akan menghubungi temanku. Dia kan juga kuliah di sini. Kau masuklah." Paparnya dengan senyum yang sangat meyakinkan.
Dengan ragu-ragu, aku memasuki kelasku, sambil sesekali menoleh ke arahnya. Dan ternyata benar, tak lama kemudian ada seorang namja tinggi yang dengan semangatnya menghampiri Jonghyun dan ber-high five ria. Mereka bercerita seolah lama tak bertemu bertahun-tahun lamanya. Syukurlah, Jonghyun punya teman dan tak akan bosan menungguiku saat aku ada kelas.
Beberapa saat kemudian, setelah menunggu dosen yang tak kunjung datang, ketua tingkatku masuk kelas. "Pengumuman, hari ini dosennya tidak ada. Jadi hari ini kita free!"
‘Aaaarggghhh!!!!’ Aku mendesah frustasi. Kenapa tidak bilang dari tadi?
Akhirnya aku keluar kelas, dan mendapati Jonghyun masih sibuk bercerita dengan namja yang baru kusadar ternyata ‘dia mempunyai mata belo seperti kodok’ sesekali tertawa-tawa tak jelas.
"Jjong?"
"Lho, Key? Sudah selesai? Kenapa cepat sekali?" Tanya Jonghun heran.
"Dosennya tak ada. Jadi hari ini free. Trus sekarang, kita mau kemana?"
"Temanku, Minho, mau mengajak kita karaoke. Kau mau ikut?" Jonghyun bertanya dengan mata yang berbinar dan menyala-nyala.
Seperti dulu waktu dia mengajakku kencan di bioskop, dia juga menampakkan mata yang sama seperti ini, berbinar. Tapi sedetik kemudian, aku tersadar. Binar mata itu, sudah bukan milikku lagi. Yahh, itu bukan milikku sejak setahun yang lalu, mungkin lebih. Jonghyun sekarang sudah mempunyai kekasih. Dan kekasihnya itu sekarang menunggunya, di Jepang. Mengingat itu, air mataku ingin tumpah. Tapi sekuat tenaga aku tahan karena aku sadar Jonghyun masih di depanku menunggu jawabanku.
"Bagaimana Key? Kau tak mau ya?" Tanyanya dengan wajah sedikit dimanyunkan.
"Hmmmmm, sepertinya tak bisa Jjong. Maaf."
Maaf aku tak seharusnya melakukan ini. Aku tak seharusnya mengijinkanmu mengikutiku ke kampus. Aku tak seharusnya membiarkan diriku duduk di belakang jok motor dan berkhayal tentang masa lalu. Aku tak seharusnya melakukan ini semua. Yang seolah-olah akan ada harapan dari seorang Kim Jonghyun untuk kembali....
Padaku.
Aku melihat Jonghyun yang berjalan menjauh bersama Minho. Aku tetap diam. Jika tahun lalu, saat di Jepang, aku yang pergi sedangkan Jonghyun yang tinggal. Sekarang, Jonghyun yang pergi, aku yang tak beranjak dari tempatku berdiri. Antara Jonghyun dan aku, tak ada yang sama-sama tinggal. Salah satu pasti pergi.
~
Hari ini, tepat 2 tahun yg lalu.
11 November.
Hari di mana inilah puncak tertinggi ketika aku merindukan seseorang. Seseorang yang aku cintai dari awal saat aku mendengar namanya, hingga sekarang aku masih mencintainya walaupun sekarang aku hanya bisa melihatnya menjauh.
Hei, Kim Jonghyun, akankah kita bertemu lagi?
Masih ada yang inget cerita ini nggak?
Wajar sih kalo pada nggak inget, cerita 11 November ini kan pernah aku post 1 tahun yang lalu. Heheee *kurangkerjaan -_-
Sekarang aku nulis lanjutannya. Dan aku post tepat tanggal 11 November (hari ini) juga.
Sebenernya aku mau tag beberapa orang termasuk yang pernah komen di part sebelumnya, tapi karena krisis kepercayaan diri yang dateng tiba2, aku batalin deh, heheee. Malu, aku tau ini ff jelek, abal2, gag nge-feel sama sekali. Tapi walopun tau hasilnya begitu, kenapa tetep nulis? Hehe, itu karena hari ini tanggal keramat, *ups! :D
Heheee, nggak2, cuma pengen sekedar nulis aja sebenernya. Yaudah deh, sekian ya cuap2nya.....
Ok, Selamat Membaca……..
^^
Setahun, setelah dia tak bersamaku lagi, aku memulai lagi aktivitas sehari-hariku yang membosankan. Kuliah, menulis beberapa cerita, atau pergi ke suatu tempat. Tapi entah kenapa semua yang kulakukan terasa berbeda. Aku sendiri juga tak tau alasannya kenapa ada sesuatu yang kurang akhir-akhir ini. Dan lamat-lamat akhirnya kusadari, itu semua karena tak adanya dirinya di sisiku.
Benar. Semuanya terasa berbeda tanpamu.....
Kim Jonghyun.
~
Setiap fajar menyingsing, pagi menyapa, dan aku juga lupa kapan terakhir kali aku menyapa sinar matahari yang selalu menyusup masuk diam-diam melalui celah serambu kamarku. Aku selalu terbangun, mandi dengan cepat, dan berangkat ke kampus dengan roti di tangan. Selalu seperti itu hingga aku sampai di kampus, menerima semua mata kuliah, dan pulang dengan tugas-tugas yang menanti di rumah. Dan kalaupun aku punya sedikit waktu luang, aku akan mengisinya dengan menulis sesuatu seperti cerita fiksi pendek tentang peri-peri yang hidup di pepohonan belakang rumahku, atau kehidupan anak-anak kecil di pinggiran kota yang sering kujumpai sewaktu aku pergi berlibur ke rumah nenek. Aku memang sengaja menghindari menulis cerita yang bertemakan cinta, karena itu semua akan mengingatkanku akan seseorang.
Kehidupanku tanpanya, yang kurasa perlahan mulai membaik, ternyata mulai kembali lagi seperti semula ketika aku mendapati dirinya berdiri di depan pintu rumahku. Tubuhku mematung, darahku seakan berhenti mengalir, dan entah ini khayalanku atau bukan, aku merasa jantungku mulai berhenti berdetak.
Ya Tuhan. Apa aku akan mati?
Dan entah sejak kapan dia sudah duduk manis di depanku -di serambi rumah-, sambil diam menunduk. Aku juga bingung harus mulai berbicara dari mana. Memang aku harus bicara apa? Apa sebaiknya aku bertanya "Bagaimana kabarmu Jjong? Apa hubunganmu dengan yeoja itu baik2 saja?"
Oh kurasa itu pertanyaan yang hebat!
Kucuri-curi pandang ke arah namja kekar di depanku, yang tetap setia memandangi lantai keramik merah maroon, seolah itu adalah sesuatu yang paling menarik. Aku tak berani menatapnya. Dalam hatiku mengerang frustasi. Sampai kapan dia akan diam begini? Dan tiba-tiba, selintas ide melintas di fikiranku.
“Sebentar kuambilkan minum..”
“Hm”
Hanya gumaman yang kudengar dan akhirnya aku masuk ke dalam rumah, dan tak sampai 5 menit, 2 gelas cappuccino hangat sudah ada dalam genggamanku.
“Ini minumlah, selangi masih hangat”
Kulihat dia tersenyum sedikit, lalu meraih gelas yang kuarahkan di depannya. Dia menyesap cappuccino itu, perlahan sambil menutup mata. Ternyata kebiasaannya tak berubah.
Aku pun juga mulai menyesap isi dari gelas milikku dari tadi kugenggam, dan aku hampir tersedak ketika aku mendengar dia mulai mengeluarkan suara,
“Cappucino buatanmu tetap enak, Key.”
Aku pun tersenyum canggung mendengarnya. Berarti dia masih ingat.
“Bagaimana Jepang?”
Oh sial! Kenapa suaraku bisa serak saat mengeluarkan 2 patah kata itu?
“Di Jepang lagi musim gugur, Key.
"Ohhhh..."
Hanya gumaman kecil yang terdengar berasal dari mulutku yang entah sejak kapan sulit sekali mengeluarkan kata-kata seperti biasa. Aku tak tau harus bertanya apalagi, karena aku bersumpah, aku sedang mati kata!
"Hmmm Key, boleh aku ikut ke kampusmu besok?"
"Hah?" Maksudnya?
"Bolehkah? Aku hanya ingin melihat-lihat kampusmu. Hehee "
Aku hanya meringis, mengangguk kecil, "Boleh. Memangnya apa yang ingin kau lakukan di sana?"
"Entahlah, aku hanya ingin melihat tempat yang setiap hari kau datangi untuk mencari ilmu." Katanya sambil tersenyum manis seperti biasa.
"Lalu, besok kau akan mengikutiku dari belakang begitu? Kau kan belum tahu arah kampusku, Jjong."
"Akan kujemput kau besok."
~
Dan taraaaaa....
Di sinilah aku, duduk di jok belakang motor sport dengan namja berahang tegas dan berpunggung tegap di depanku yang bertugas mengendarai motornya 'dengan ugal-ugalan'.
"Please Jjong.... Hentikan kebiasaanmu mengebut seperti itu!" Aku berteriak secara tak sadar.
"Oh mian Key, heheee. Kebiasaan."
"Dari dulu kau juga suka mengebut kau tahu!"
"Iya iya Key... Akan kupelankan. Nah? See?"
"Hmmmm..."
Lama setelah perdebatan kecil itu, motorpun berjalan dengan kecepatan kira-kira hanya 50 km/jam. Yahh aku memang tak suka mengebut seperti itu. Lagian apa untungnya sih mengebut?
Motor tetap berjalan tenang, lama kupandangi punggung Jonghyun yang tetap bidang dan tegap seperti dulu. Kalau dulu, aku sangat suka memeluk punggung itu dari belakang saat Jonghyun mengendarai motornya. Apalagi dia sering menggodaku dengan melajukan motornya lebih kencang agar aku ketakutan dan memeluknya lebih erat. Huhh dasar! Tapi anehnya, Jonghyun lebih suka menggunakan sepeda antiknya untuk pergi ke sekolah. Waktu kutanya kenapa, dia cuma menjawab "Ini unik Key, aku tak ingin sama dengan yang lainnya yang pamer kesana kemari membawa motor sport. Aku hanya ingin berbeda."
Jonghyun selalu tersenyum setelah menjelaskan itu berkali-kali. Bukannya aku malu karena punya kekasih yang setiap hari berangkat naik sepeda, bukan! Aku hanya kasihan padanya sewaktu sampai di sekolah pagi hari, dengan nafas yang ngos-ngosan, dan mengeluh kalau dia lelah. Dan seperti biasanya, aku akan memaksa dia untuk naik motor denganku keesokan harinya. Mungkin kalau aku tak memaksanya, setiap hari dia akan naik sepeda. Itulah satu sisi sifat Jonghyun yang aku sukai, dia sederhana dan tidak suka pamer. Dan untung dia tak pernah protes padaku saat aku selalu merujuk dan memaksanya.
Tapi itu dulu. Kalau aku teringat fakta yang terjadi saat ini, sungguh miris. Aku hanya bisa memandangi punggung favoritku itu dari belakang, tanpa bisa menyentuh, ataupun memeluknya seperti dulu. Tangan kanan dan kiriku kuletakkan masing-masing di atas pahaku sendiri, dan berharap agar Jonghyun tak sengaja mengerem mendadak.
"Key, habis ini kita belok atau terus?" Pertanyaan Jjong mengagetanku.
"Terus saja, nanti di depan ada lampu merah, kita belok kiri."
Setelah itu motorpun melaju seperti apa yang ku instruksikan, dan berhenti tepat di parkiran samping kampus. Jonghyun pun sempat memandang sebentar gedung kampusku sebelum aku mengajaknya masuk.
"Kajja..."
Dan Jonghyun pun berjalan mengikutiku dari belakang.
"Ruangmu di lantai berapa Key?"
"Di lantai 3, hmmm kau akan menunggu di mana? Di depan kelasku?"
Jjong terdiam cukup lama, kemudian tak lama dia ingat sesuatu.
"Oh, aku akan menghubungi temanku. Dia kan juga kuliah di sini. Kau masuklah." Paparnya dengan senyum yang sangat meyakinkan.
Dengan ragu-ragu, aku memasuki kelasku, sambil sesekali menoleh ke arahnya. Dan ternyata benar, tak lama kemudian ada seorang namja tinggi yang dengan semangatnya menghampiri Jonghyun dan ber-high five ria. Mereka bercerita seolah lama tak bertemu bertahun-tahun lamanya. Syukurlah, Jonghyun punya teman dan tak akan bosan menungguiku saat aku ada kelas.
Beberapa saat kemudian, setelah menunggu dosen yang tak kunjung datang, ketua tingkatku masuk kelas. "Pengumuman, hari ini dosennya tidak ada. Jadi hari ini kita free!"
‘Aaaarggghhh!!!!’ Aku mendesah frustasi. Kenapa tidak bilang dari tadi?
Akhirnya aku keluar kelas, dan mendapati Jonghyun masih sibuk bercerita dengan namja yang baru kusadar ternyata ‘dia mempunyai mata belo seperti kodok’ sesekali tertawa-tawa tak jelas.
"Jjong?"
"Lho, Key? Sudah selesai? Kenapa cepat sekali?" Tanya Jonghun heran.
"Dosennya tak ada. Jadi hari ini free. Trus sekarang, kita mau kemana?"
"Temanku, Minho, mau mengajak kita karaoke. Kau mau ikut?" Jonghyun bertanya dengan mata yang berbinar dan menyala-nyala.
Seperti dulu waktu dia mengajakku kencan di bioskop, dia juga menampakkan mata yang sama seperti ini, berbinar. Tapi sedetik kemudian, aku tersadar. Binar mata itu, sudah bukan milikku lagi. Yahh, itu bukan milikku sejak setahun yang lalu, mungkin lebih. Jonghyun sekarang sudah mempunyai kekasih. Dan kekasihnya itu sekarang menunggunya, di Jepang. Mengingat itu, air mataku ingin tumpah. Tapi sekuat tenaga aku tahan karena aku sadar Jonghyun masih di depanku menunggu jawabanku.
"Bagaimana Key? Kau tak mau ya?" Tanyanya dengan wajah sedikit dimanyunkan.
"Hmmmmm, sepertinya tak bisa Jjong. Maaf."
Maaf aku tak seharusnya melakukan ini. Aku tak seharusnya mengijinkanmu mengikutiku ke kampus. Aku tak seharusnya membiarkan diriku duduk di belakang jok motor dan berkhayal tentang masa lalu. Aku tak seharusnya melakukan ini semua. Yang seolah-olah akan ada harapan dari seorang Kim Jonghyun untuk kembali....
Padaku.
Aku melihat Jonghyun yang berjalan menjauh bersama Minho. Aku tetap diam. Jika tahun lalu, saat di Jepang, aku yang pergi sedangkan Jonghyun yang tinggal. Sekarang, Jonghyun yang pergi, aku yang tak beranjak dari tempatku berdiri. Antara Jonghyun dan aku, tak ada yang sama-sama tinggal. Salah satu pasti pergi.
~
Hari ini, tepat 2 tahun yg lalu.
11 November.
Hari di mana inilah puncak tertinggi ketika aku merindukan seseorang. Seseorang yang aku cintai dari awal saat aku mendengar namanya, hingga sekarang aku masih mencintainya walaupun sekarang aku hanya bisa melihatnya menjauh.
Hei, Kim Jonghyun, akankah kita bertemu lagi?
0 komentar:
Posting Komentar